Di tahun 70-an ada seorang pendeta asal kalimantan yang sangat terkenal
dengan kopiah hitamnya. Beliau dikenal banyak orang karena sebulan
sekali tampil berkhotbah di mimbar protestan TVRI, satu-satunya stasiun
TV saat itu. Saat masih sebagai anggota Gerakan Pemuda, saya "kesemsem"
dengan buku kumpulan puisi yang beliau karang yaitu "Belas Tercurah".
Pdt. Fridolin Ukur pernah menjabat sebagai sekretaris umum GMKI -Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia-.
Dalam sebuah kesempatan pelatihan kepemimpinan kepada pengurus GMKI
cabang Malang, saat pembukaan pelatihan tersebut, beliau mngutip injil
Yohanes 9:4 : "Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus aku,
selama masih siang. Akan datang malam, di mana tidak ada seorang pun
yang dapat bekerja”.
Salah seorang pengurus GMKI malang, Pdt Andar
Ismail ingat benar apa yang disampaikan beliau seperti yang ditulis
dalam buku "Selamat Bergereja" - Andar Ismail. Halaman 19-25 - : “Kalian
adalah benih unggul. Masa hidup di kampus cuma lima tahun. Jangan
sia-siakan masa lima tahun ini dengan bersantai atau berpacaran. Tetapi
gunakan ini sebagai kesempatan menumbuhkan benih unggul di dalam dirimu.
Kembangkan jiwa pengabdian dan kepemimpinanmu. Jadilah guru sekolah
Minggu, pengurus pemuda, atau pengurus kepanduan. Lahap semua buku di
perpustakaan. Baca semua koran dan simak problematik masyarakat. Siapkan
diri menjadi pemikir yang kelak menyumbangkan pemikiran bagi masyarakat
dan gereja. Jadilah mahasiswa unggul yang lulus cum-laude. Nanti
jadilah jaksa yang kejujurannya unggul. Jadilah dokter yang terapinya
unggul. Jadilah pendeta yang khotbahnya unggul. Apa pun profesimu, kamu
mengerjakan pekerjaan Allah jika perilaku dan kinerjamu menjadi
kesaksian yang patut diteladani.”
Wow....!!!! Sangat memotivasi
geresai muda..... Kembali ke buku kumpulan puisi "Belas Tercurah"...
rupanya Pdt. Fridolin juga sangat piawai menulis puisi.
Biasanya hari-hari jelang paskah seperti ini, memori saya berputar
kembali "flash back" ke masa lalu... masa ketika masih menjadi anggota
"gerakan pemuda".... masa ketika "idealisme" bertemu padu dengan
"kreatifitas"... kala itu sebagai pemuda banyak hal yang kita lakoni...
Jelang paskah seperti ini... biasanya kita mulai mempersiapkan drama...
tetapi... salah satu momen terindah yang terekam di sanubari saya
adalah ikut membacakan puisi paskah...
Dulu, ada beberapa puisi yang
ada di buku "Belas Tercurah", yang saya bacakan ketika Perayaan Paskah,
ada juga yang dibacakan di Perayaan HUT kemerdekaan RI dan di Perayaan
Natal.
Salah satu puisi tentang Paskah yang membekas di hati saya
berjudul "Domba Paskah" yang ditulis Pdt. Fridolin tahun 1979 tepat di
"hari sengsara". Saya ingat betul ketika membaca puisi ini sempat air
mata saya berderai keluar, betapa tidak kata-kata yang beliau rangkai
menjadi kalimat-kalimat indah dalam puisi ini, sangat sederhana tetapi
dengan makna yang dalam sekali, sehingga sanggup menggambarkan situasi
ketika Yesus Sang Domba Paskah disiksa..... di robek-robek oleh
tangan-tangan rakus seperti "anjing kelaparan"...,
Saya ingat
benar... saya membacakannya dengan kombinasi bahasa tubuh yang
disesuaikan dengan makna kalimat-kalimat yang mengalir..... Dan saya
benar-benar hanyut terbawa arus makna puisi tersebut..... Ini merupakan
momen terindah yang selalu terpatri di sanubari saya...
Ketika acara
Paskah tersebut selesai, saya ingat ada seorang "Oma" yang menghampiri
saya dan berkata: "Puisinya bagus sekali......"
Beginilah bunyi puisi "Domba Paskah" yang terdapat didalam buku"Belas Tercurah" halaman 43. :
Domba Paskah
Kebencian, dendam dan dengki
ditudingkan padaNya
ai.., gampang sekali
dia cuma si anak domba
kegagalan, kemurungan dan kecewa
ditimpakan atas pundakNya
memang, enak saja ....
si domba tak buka suara
tangan-tangan rakus tambah serakah
jari-jari berkuku tajam penuh bisa
seperti anjing kelaparan rebutan sisa
merobek-robek Sang Domba Paskah
betapa hitamnya kesalahan dituduhkan padaNya
Ia singa..., Ia serigala...,
Ia penghujat...., Ia pedosa....
padahal ialah si Anak Domba
penanggung segala bencana!
pada tatapan mataNya
terkaca segala yang sempurna : c i n t a !
Bagus bukan ....?. Dalam puisi ini Pdt Fridolin dengan pas melukiskan
Sang Domba yang dibenci..., yang dituding.... yang dirobek-robek....
yang dituduhkan.... Sementara Sang Domba tak buka suara.... pasrah...
dimatanya terkaca "cinta".
Mengapa Domba yang digunakan sebagai
kiasan untuk Yesus? karena domba adalah binatang yang selalu digunakan
sebagai korban persembahan dalam ibadah-ibadah Israel... Domba adalah
binatang yang jinak dan sangat tergantung pada tuannya, sehingga mudah
dibawah kemana-mana... termasuk ketika dibawah ke tempat persembahan
korban.. sang domba dengan pasrah hanya mengikuti....
Yesus
Sang Domba Paskah hanya pasrah.... walaupun dihina.., dilecehkan... dan
menanggung derita.. Karena Dia tau untuk apa Dia turun ke dunia...
untuk "cinta tanpa pamrih" untuk menyelamtakan dunia... untuk anda...
dan saya...
Lalu.... akhirnya.. dengan mata yang berkaca penuh
"cinta" sang domba menutup dengan suara nyaring: "Ya Bapa, ke dalam
tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku." Dan sesudah berkata demikian Ia
menyerahkan nyawa-Nya.
Selamat masa pra paskah.... Slamat menikmati "cinta Sang Domba Paskah"
vzp@home-dpk-160414
Tidak ada komentar:
Posting Komentar