29 April 2014

“MAESTRO”

Kemarin, dunia seni Indonesia kembali kehilangan seorang “MAESTRO” di bidang seni musik... Dalam usia 75 tahun “Idris Sardi” sang “Maestro” biola Indonesia dipanggil pulang Sang Ilahi di Rumah Sakit Melia Cibubur karena “komplikasi” berbagai penyakit.... Beliau adalah pemain biola yang handal sekaligus seorang komposer yang piawai... Karya-karya nya mendapatkan berbagai penghargaan... Tidak salah jika gelar sebagai “MAESTRO” diberikan kepadanya...
Untuk meniti sampai ke puncak karirnya sebagai "MAESTRO"... almarhum memulainya sejak dini... Dimulai di usia 6 tahun Idris mulai mengenal biola... pada saat usia 10 tahun muncul di depan publik pertama kali di Jogyakarta... dan karena sangat piawai memainkan biola, Idris diterima di Sekolah Musik Indonesia (SMIND).... di sekolah prestasinya luar biasa... Pada saat berusia 14 tahun dia sudah menjadi “concert master” dalam orkestra siswa “SMIND” yang dipimpin “Nicolao Varvolomejeff”...
Dia pernah dilatih oleh 2 orang guru biola asal Hungaria... di Jogyakarta dilatih oleh “George Setet” dan sewaktu hijrah ke Jakarta dia dilatih oleh “Henri Tordasi”.
Untuk menjadi seorang ‘MAESTRO” bukan saja memiliki bakat yang hebat... tetapi Idris juga menjalani “pelatihan” yang serius dan "panjang" dari guru-guru yang memang memiliki kemampuan memainkan biola..... Untuk menjadi seorang “MAESTRO”... harus didukung dengan semangat dan disiplin yang tinggi... dan tentu "kesetiaan" dan “pengabdian” yang total dalam bidangnya.....
Kita pasti "berdecak" kagum melihat prestasi "Idris Sardi".... mungkin ada yang ber-andai-andai untuk menjadi seperti sang "MAESTRO"...

Kata “MAESTRO” berasal dari bahasa Italia yang berarti “pakar” atau “guru”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia arti “MAESTRO” adalah “orang yg ahli dalam bidang seni, terutama bidang musik, seperti komponis, konduktor dan lain-lain.... So... “Maestro” adalah seorang yang “ahli”.... sedangkan kata “AHLI” dijelaskan di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagai “orang yg mahir, paham sekali dalam suatu ilmu (kepandaian)”....

Kita “ngga” perlu berkecil hati karena mungkin tidak memiliki kemampuan “sekaliber” Idris Sardi yang menjadi seorang “MAESTRO” biola Indonesia.... atau seorang Affandi yang dianggap sebagai “MAESTRO” seni lukis Indonesia... karena memang tidak semua orang dikaruniakan kemampuan yang sama... Yang harus kita pahami mungkin adalah bahwa semua orang diberikan kemampuan atau biasanya disebut “TALENTA” dalam porsi dan “KAPASITAS” yang berbeda... Itu berarti bahwa “kita semua” memiliki “TALENTA” masing-masing..... tidak perlu menjadi “orang lain” karena jauh lebih baik menjadi “diri sendiri”....

Nah... masih ingat perumpamaan tentang “TALENTA” ???....Pasti masih ingat dong.... Seorang yang hendak bepergian ke luar negeri mempercayakan hartanya kepada para hambanya.... Ada hamba yang mendapat 5 talenta..., ada yang mendapat 2 talenta dan ada yang hanya 1 talenta... Mengapa ada yang 5, ada yang 2 dan ada yang hanya 1 talenta????... disebutkan karena diberikan sesuai dengan “kesanggupannya”.... Setelah tuan mereka pergi, maka hamba yang mendapat 5 “talenta” pergi dan “menjalankan” uang itu dan memperoleh laba 5 “talenta”... begitupun dengan yang mendapatkan 2 “talenta” melakukan hal yang sama dan mendapatkan laba 2 “talenta”... Wow... bukankah itu berarti ke dua hamba ini, keuntungannya mencapai 100%.... pasti didapatkan dengan “usaha”, “kerja keras” dan “disiplin”..... Nah.... sedangkan hamba yang menerima 1 “talenta” tidak melakukan seperti kedua hamba yang lain, tetapi menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya... Lalu ketika Tuan mereka kembali dan meminta pertanggung-jawaban, maka datanglah hamba yang menerima 5 “talenta” lalu menyerahkan 10 “talenta” sesuai hasil dari usahanya begitupun dengan hamba yang menerima 2 “talenta datang dan membawa 4 “talenta sesuai hasil yang diperolehnya.... Nah.... kalau kita perhatikan baik-baik... jawaban yang diberikan tuannya kepada kedua hamba ini sama persis... tuan mereka berkata :” Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan "setia", engkau telah "setia" memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu”...... Hal sebaliknya terjadi dengan hamba yang menerima 1 “talenta”... dia mengembalikan 1 “talenta” yang diberikan tuannya sambil bersungut-sungut dan mengatakan tuanya “kejam”... lalu tuannya menjawab :” Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam? Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya. Sebab itu ambillah talenta itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu”

Wow... rupanya penghargaan yang diterima oleh para hamba bukan berdasarkan berapa besar “talenta” yang diberikan, tetapi berapa besar “kesetiaan” yang didedikasikan oleh para hamba tersebut...

Janganlah menghitung-hitung berapa besar “talenta” yang diberikan kepada kita.... apalagi membanding-bandingkanya dengan “talenta” yang diterima orang lain....... Adalah lebih baik bila kita manfaatkan dan gunakan “talenta” yang diberikan itu seberapapun besarnya dipercayakan kepada kita... kita manfaatkan dan gunakan dengan penuh “kesetiaan”... dengan “usaha” dan “kerja-keras”... dengan penuh “disiplin” dan dengan “penyerahan” penuh kepada Sang Tuan... maka percayalah... Sang Pemilik “TALENTA” itu niscaya akan berkata kepada kita :” :” Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan "setia", engkau telah "setia" memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar..... Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu”....

Hmmmm bagi orang-orang yang “setia”.... tanggung-jawab akan diberikan semakin besar.... dan jangan kaget saudaraku... jika suatu saat (atau mungkin sudah terjadi sekarang....) anda diberikan tanggung-jawab sebagai seorang “MAESTRO” dalam bidangmu... karena anda setia dalam perkara-perkara yang “kecil”.....

Selamat menjaga kesetiaan dalam perkar-perkara anda saat ini... Dan selamat menikmati... kalau diberikan tanggung-jawab yang semakin bertambah.. bahkan tidak mustahil diberikan tanggung-jawab sebagai seorang “MAESTRO”..... Kata kuncinya adalah "KESETIAAN"....

vzp@bus-cgk-dpk-290414

Tidak ada komentar:

Posting Komentar