13 April 2014

"SAAT TEDUH"

Hari sabtu kemarin, di hampir semua media televisi dipenuhi dengan berita "komunikasi politik" yang dilakukan antar partai politik. Para punggawa partai saling mengunjungi untuk mengkomunikasikan kemungkinan-kemungkinan kerja-sama atau koalisi menuju pemilihan RI-1 nanti.
Komunikasi memegang peranan yang sangat penting dalam semua aspek kehidupan. bukan saja di bidang politik, tetapi mulai dari keluarga, antar suami-istri, antar tetangga sampai bidang bisnis sekalipun. Komunikasi berperan untuk membangun relasi antar individu atau antar kelompok.
Kata komunikasi berakar dari kata latin "communis" yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih, komunikasi juga berasal dari akar kata dalam bahasa latin "communico" yang artinya membagi (“cherry dalam stuart, 1983” pengantar ilmu komunikasi, prof.Dr.H. Hafied cangara,M.Sc.,2007)
Mungkin tidaklah berlebihan kalau dikatakan "komunikasi itu menjadi salah satu kebutuhan penting bagi manusia". Hal ini tentu tidak terlepas dari peran manusia sebagai makhluk sosial sehingga kebutuhan untuk menjalin hubungan dengan sesamanya menjadi sangat penting.

Selain sebagai makhluk sosial, manusia juga diciptakan sebagai "makhluk religius" yaitu mempunyai ketergantungan dengan Sang Pencipta. Sehingga kebutuhan untuk berinteraksi dengan Sang Pencipta juga menjadi penting, bahkan boleh dikatakan "terpenting" bagi semua orang. Banyak orang yang akhirnya akan mencari Tuhan, ketika dihadapkan pada kenyataan hidup atau masalah yang tidak bisa diatasinya.

Kualitas kehidupan sebagai "mahkluk religius" sangat ditentukan dari seberapa dekat dan seberapa "intens" hubungan komnukasi antara manusia dan Penciptanya. Seringkali hubungan ini menjadi terdistorsi/ terganggu akibat kalah prioritas dengan kegiatan lainnya. Kemilau dan semaraknya "aspek sosial" sering kali mengalahkan kebutuhan "aspek religius".
Untuk memperbaiki komunikasi dengan Penciptanya diperlukan saluran komunikasi khusus dan" intens" yang biasanya di umat kristen disebut "Saat teduh".
Sering kali definisi yang digunakan untuk menjelaskan "Saat Teduh" adalah "waktu khusus yang disediakan untuk berkomuniksi secara fokus dengan Tuhan".

Tahapan proses komunikasi biasanya sbb. :
1. Komunikator/Sender – Pengirim pesan
2. Encoding – Proses penyusunan ide menjadi simbol/pesan
3. Message – Pesan
4. Media – Saluran
5. Decoding – Proses pemecahan/ penerjemahan simbol-simbol
6. Komunikan/Receiver – Penerima pesan
7. Feed Back – Umpan balik, respon.

Dalam hal "Saat Teduh", biasanya dimulai dengan kita sebagai "receiver" atau "komunikan" atau penerima pesan dan Tuhan sebagai "sender" atau pengirim pesan. Pesan dari Tuhan ini kita terima lewat "media alkitab" atau "firman Tuhan" yang kemudian di"decoding" atau diterjemahkan lewat bacaan-bacaan renungan seperti "Sabda Bina Umat"', "Renungan harian", "Santapan Harian" dll. yang kemudian diterjemahkan lebih dalam lagi secara "pribadi" sehingga sebagai "receiver" atau penerima kita mendapatkan "message" atau pesan khusus yang bermanfaat. Pesan dari Tuhan tersebut kemudian diberikan "umpan balik" atau "feed back" dalam bentuk "perilaku", "pemikiran" dan "perkataan" yang positif yang diteruskan ke "sesama" dan dikembalikan dalam bentuk "ungkapan syukur" kepada Tuhan.
Melihat proses komunikasi lewat "Saat Teduh" seperti ini, mau tidak mau memang diperlukan "waktu yang khusus" sehingga proses "decoding" atau proses untuk mencari makna pesan dari Tuhan itu bisa kita terima secara " clear". Kalau tidak pesan yang diterima akan kurang atau bahkan tidak bermakna.

Ayo... kita mulai melaksanakan "SATE" istilah keren "Saat Teduh" untuk menerima "pesan Tuhan" atau "kehendak Tuhan" bagi kita secara pribadi, sehingga dengannya kita "dikuatkan" dan "dimampukan" untuk menjadi saluran berkat Tuhan bagi sesama.
Te.... te.... Sate.... sate....

Selamat masa pra-paskah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar