Hari sabtu kemarin, di hampir semua media televisi dipenuhi dengan
berita "komunikasi politik" yang dilakukan antar partai politik. Para
punggawa partai saling mengunjungi untuk mengkomunikasikan
kemungkinan-kemungkinan kerja-sama atau koalisi menuju pemilihan RI-1
nanti.
Komunikasi memegang peranan yang sangat penting dalam semua aspek kehidupan. bukan saja di bidang politik, tetapi
mulai dari keluarga, antar suami-istri, antar tetangga sampai bidang
bisnis sekalipun. Komunikasi berperan untuk membangun relasi antar
individu atau antar kelompok.
Kata komunikasi berakar dari kata
latin "communis" yang artinya membuat kebersamaan atau membangun
kebersamaan antara dua orang atau lebih, komunikasi juga berasal dari
akar kata dalam bahasa latin "communico" yang artinya membagi (“cherry
dalam stuart, 1983” pengantar ilmu komunikasi, prof.Dr.H. Hafied
cangara,M.Sc.,2007)
Mungkin tidaklah berlebihan kalau dikatakan
"komunikasi itu menjadi salah satu kebutuhan penting bagi manusia". Hal
ini tentu tidak terlepas dari peran manusia sebagai makhluk sosial
sehingga kebutuhan untuk menjalin hubungan dengan sesamanya menjadi
sangat penting.
Selain sebagai makhluk sosial, manusia juga
diciptakan sebagai "makhluk religius" yaitu mempunyai ketergantungan
dengan Sang Pencipta. Sehingga kebutuhan untuk berinteraksi dengan Sang
Pencipta juga menjadi penting, bahkan boleh dikatakan "terpenting" bagi
semua orang. Banyak orang yang akhirnya akan mencari Tuhan, ketika
dihadapkan pada kenyataan hidup atau masalah yang tidak bisa diatasinya.
Kualitas kehidupan sebagai "mahkluk religius" sangat ditentukan dari
seberapa dekat dan seberapa "intens" hubungan komnukasi antara manusia
dan Penciptanya. Seringkali hubungan ini menjadi terdistorsi/ terganggu
akibat kalah prioritas dengan kegiatan lainnya. Kemilau dan semaraknya
"aspek sosial" sering kali mengalahkan kebutuhan "aspek religius".
Untuk memperbaiki komunikasi dengan Penciptanya diperlukan saluran
komunikasi khusus dan" intens" yang biasanya di umat kristen disebut
"Saat teduh".
Sering kali definisi yang digunakan untuk menjelaskan
"Saat Teduh" adalah "waktu khusus yang disediakan untuk berkomuniksi
secara fokus dengan Tuhan".
Tahapan proses komunikasi biasanya sbb. :
1. Komunikator/Sender – Pengirim pesan
2. Encoding – Proses penyusunan ide menjadi simbol/pesan
3. Message – Pesan
4. Media – Saluran
5. Decoding – Proses pemecahan/ penerjemahan simbol-simbol
6. Komunikan/Receiver – Penerima pesan
7. Feed Back – Umpan balik, respon.
Dalam hal "Saat Teduh", biasanya dimulai dengan kita sebagai "receiver"
atau "komunikan" atau penerima pesan dan Tuhan sebagai "sender" atau
pengirim pesan. Pesan dari Tuhan ini kita terima lewat "media alkitab"
atau "firman Tuhan" yang kemudian di"decoding" atau diterjemahkan lewat
bacaan-bacaan renungan seperti "Sabda Bina Umat"', "Renungan harian",
"Santapan Harian" dll. yang kemudian diterjemahkan lebih dalam lagi
secara "pribadi" sehingga sebagai "receiver" atau penerima kita
mendapatkan "message" atau pesan khusus yang bermanfaat. Pesan dari
Tuhan tersebut kemudian diberikan "umpan balik" atau "feed back" dalam
bentuk "perilaku", "pemikiran" dan "perkataan" yang positif yang
diteruskan ke "sesama" dan dikembalikan dalam bentuk "ungkapan syukur"
kepada Tuhan.
Melihat proses komunikasi lewat "Saat Teduh" seperti
ini, mau tidak mau memang diperlukan "waktu yang khusus" sehingga proses
"decoding" atau proses untuk mencari makna pesan dari Tuhan itu bisa
kita terima secara " clear". Kalau tidak pesan yang diterima akan kurang
atau bahkan tidak bermakna.
Ayo... kita mulai melaksanakan
"SATE" istilah keren "Saat Teduh" untuk menerima "pesan Tuhan" atau
"kehendak Tuhan" bagi kita secara pribadi, sehingga dengannya kita
"dikuatkan" dan "dimampukan" untuk menjadi saluran berkat Tuhan bagi
sesama.
Te.... te.... Sate.... sate....
Selamat masa pra-paskah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar