Istilah ini sering sekali kita dengar di bidang Olah Raga. Di sepak
bola misalnya, Di kompetisi Liga Super Indonesia, yang sedang berjalan
saat ini, Persib Bandung yang dikenal dengan suporter fanatiknya "The
Viking" pernah dianugerahi gelar "Jago Kandang" karena selalu menang
jika bertanding di "kandang sendiri" dan sering kalah kalau berlaga
tandang. Di Liga Inggris hal yang sama
juga terjadi, beberapa Tim pernah menyandang predikat ini, sebut saja
The Gunners sebutan untuk Arsenal FC dan beberapa Tim lain.
Di
olimpiade 2008 di Beijing, atlet-atlet dari negeri "tirai bambu"
berhasil mematahkan dominasi juara umum Olimpiade milik Amerika Serikat
yang dalam 3 pergelaran olimpiade terakhir selalu juara. Bertanding
didepan publik sendiri seperti mendapatkan kekuatan ekstra untuk
berjuang sampai pada titik maksimal.
Istilah "Jago Kandang" juga
sering disematkan kepada seseorang atau sekelompok orang yang kalau
melakukan sesuatu di lingkugan sendiri sangat "hebat" tetapi kalau
melakukannya di lingkungan orang lain menjadi "loyo".
Mengapa hal
ini bisa terjadi ?..... Inilah kebiasaan "kebanyakan kita" yang selalu
merasa "nyaman dan aman" kalau berada di "rumah sendiri" daripada di
"rumah orang". Pernahkah anda merasa ketika "nginap" di hotel terasa
sulit untuk bisa tidur ? Meskipun di hotel bintang 5 sekalipun, terasa
lebih nyaman kalau tidur di "gubuk" rumah kita sendiri.....
Kata
orang-orang pintar :"Hati-hati , jangan sampai terjebak di zona nyaman,
sehingga lupa untuk berani mengembangkan diri keluar"
Nah.... kalau konteksnya soal urusann"Kingdom of God" alias "Kerajaan Allah bagaimana?....
Ketika seorang ahli Taurat datang dan berkata kepada Yesus: "Guru, aku
akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi." Jawab Yesus kepadanya:
"Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak
Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya."
Paling tidak ada 2 hal yang tersirat dari jawaban Yesus tersebut, yaitu :
Pertama, zona pelayananNya adalah zona yang "tidak nyaman" dimana jalur
finisnya atau etape akhirnya dalam bahasa latin disebut "via dolorosa",
orang Inggris menyebut etape akhir ini sebagai "Way of Grief", "Way of
Sorrows", "Way of Suffering" atau "Painful Way" yaitu "Jalan
Kesengsaraan" atau "Jalan Penderitaan". Jalur ini adalah sebuah jalan di
Kota Yerusalem Kuno yang dilalui Yesus sambil memanggul salib menuju
Kalvari. Jalan ini ditandai dengan 14 titik salib. Lima titik salib
terakhir berada di dalam Gereja Sanctum Sepulchrum. Yesus mengingatkan
ahli taurat tersebut yang selalu ada di "di zona nyaman",.
Kedua, dari jawaban Yesus itu, kita bisa melihat bahwa Dia bukan "Jago
Kandang" seperti kebanyakan ahli Taurat yang sangat eksklusif, karena
"arena bertandingNya terhampar seluas dunia". Ha...??? seluas
dunia???... iya seperti yang Dia katakan kepada para murid : "Karena itu
pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam
nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus ". Yesus tidak hanya mengutus, tetapi
juga melengkapi para murid, Dia meneguhkan mereka :"Dan ketahuilah, Aku
menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." Jaminan peneguhan
ini yang membuat para murid yakin dan tidak menjadi "Jago Kandang" saja
tetapi "mendunia".
Aha.... ternyata murid-muridNya termasuk
kita semua diutus bukan untuk menjadi "Jago Kandang", tetapi ke
ujung-ujung dunia...... alias mendunia...
Sekedar sebagai renungan kita dimasa pra-paskah ini... adakah masing-masing kita selama ini hanya menjadi "Jago Kandang"?
Selamat masa pra-paskah. dan slamat "mendunia"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar