12 April 2014

"Jago Kandang"

Istilah ini sering sekali kita dengar di bidang Olah Raga. Di sepak bola misalnya, Di kompetisi Liga Super Indonesia, yang sedang berjalan saat ini, Persib Bandung yang dikenal dengan suporter fanatiknya "The Viking" pernah dianugerahi gelar "Jago Kandang" karena selalu menang jika bertanding di "kandang sendiri" dan sering kalah kalau berlaga tandang. Di Liga Inggris hal yang sama juga terjadi, beberapa Tim pernah menyandang predikat ini, sebut saja The Gunners sebutan untuk Arsenal FC dan beberapa Tim lain.
Di olimpiade 2008 di Beijing, atlet-atlet dari negeri "tirai bambu" berhasil mematahkan dominasi juara umum Olimpiade milik Amerika Serikat yang dalam 3 pergelaran olimpiade terakhir selalu juara. Bertanding didepan publik sendiri seperti mendapatkan kekuatan ekstra untuk berjuang sampai pada titik maksimal.
Istilah "Jago Kandang" juga sering disematkan kepada seseorang atau sekelompok orang yang kalau melakukan sesuatu di lingkugan sendiri sangat "hebat" tetapi kalau melakukannya di lingkungan orang lain menjadi "loyo".
Mengapa hal ini bisa terjadi ?..... Inilah kebiasaan "kebanyakan kita" yang selalu merasa "nyaman dan aman" kalau berada di "rumah sendiri" daripada di "rumah orang". Pernahkah anda merasa ketika "nginap" di hotel terasa sulit untuk bisa tidur ? Meskipun di hotel bintang 5 sekalipun, terasa lebih nyaman kalau tidur di "gubuk" rumah kita sendiri.....
Kata orang-orang pintar :"Hati-hati , jangan sampai terjebak di zona nyaman, sehingga lupa untuk berani mengembangkan diri keluar"

Nah.... kalau konteksnya soal urusann"Kingdom of God" alias "Kerajaan Allah bagaimana?....
Ketika seorang ahli Taurat datang dan berkata kepada Yesus: "Guru, aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi." Jawab Yesus kepadanya: "Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya."
Paling tidak ada 2 hal yang tersirat dari jawaban Yesus tersebut, yaitu :
Pertama, zona pelayananNya adalah zona yang "tidak nyaman" dimana jalur finisnya atau etape akhirnya dalam bahasa latin disebut "via dolorosa", orang Inggris menyebut etape akhir ini sebagai "Way of Grief", "Way of Sorrows", "Way of Suffering" atau "Painful Way" yaitu "Jalan Kesengsaraan" atau "Jalan Penderitaan". Jalur ini adalah sebuah jalan di Kota Yerusalem Kuno yang dilalui Yesus sambil memanggul salib menuju Kalvari. Jalan ini ditandai dengan 14 titik salib. Lima titik salib terakhir berada di dalam Gereja Sanctum Sepulchrum. Yesus mengingatkan ahli taurat tersebut yang selalu ada di "di zona nyaman",.

Kedua, dari jawaban Yesus itu, kita bisa melihat bahwa Dia bukan "Jago Kandang" seperti kebanyakan ahli Taurat yang sangat eksklusif, karena "arena bertandingNya terhampar seluas dunia". Ha...??? seluas dunia???... iya seperti yang Dia katakan kepada para murid : "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus ". Yesus tidak hanya mengutus, tetapi juga melengkapi para murid, Dia meneguhkan mereka :"Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." Jaminan peneguhan ini yang membuat para murid yakin dan tidak menjadi "Jago Kandang" saja tetapi "mendunia".

Aha.... ternyata murid-muridNya termasuk kita semua diutus bukan untuk menjadi "Jago Kandang", tetapi ke ujung-ujung dunia...... alias mendunia...
Sekedar sebagai renungan kita dimasa pra-paskah ini... adakah masing-masing kita selama ini hanya menjadi "Jago Kandang"?

Selamat masa pra-paskah. dan slamat "mendunia"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar